Federal Reserve diperkirakan akan melakukan dua kenaikan suku bunga sebesar setengah poin berturut-turut pada Mei dan Juni untuk mengatasi inflasi yang tidak terkendali. Dengan tingkat pengangguran mendekati rekor terendah, inflasi tertinggi dalam empat dekade dan lonjakan harga komoditas global akan terus berlanjut, diyakini bahwa The Fed perlu bergerak cepat untuk menjaga tekanan harga terkendali.
Dua kali kenaikan suku bunga yang besar ini, akan menjadi yang pertama kali sejak 1994, dengan target Fed Fund Rate menjadi 1,25%-1,50% pada pertemuan bulan Juni. Landasan keyakinan ini berpijak pada pergeseran dalam komentar resmi dan tekanan inflasi yang semakin terlihat di seluruh aspek ekonomi, bahkan The Fed diyakini masih akan menaikkan suku bunga setengah poin pada pertemuan kebijakan selanjutnya di bulan Juli.
Sisa pertemuan selanjutnya, The Fed diyakini akan melanjutkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada paruh kedua tahun ini. FFR diperkirakan pada akhir 2022 berada pada 2,00%-2,25%, 50 basis poin lebih tinggi dari perkiraan median dalam jajak pendapat yang diambil bulan lalu.
Bukan tanpa resiko langkah ini dijalankan. Perekonomian AS selama ini telah terbiasa dengan biaya pinjaman yang sangat rendah. Kenaikan suku bunga yang cepat dan tinggi ini akan membawa konsekuensi ekonomi juga. Pada satu sisi, The Fed tampaknya merasa perlu untuk ‘mengejar’ untuk mendapatkan kembali kendali atas inflasi dan ekspektasi inflasi, laju kenaikan suku bunga yang agresif meningkatkan kemungkinan salah langkah kebijakan yang bisa cukup untuk menggulingkan ekonomi ke dalam jurang resesi kehancuran.
Disisi lain, pasar obligasi AS sudah menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran adanya resesi. Hal ini menjelaskan perlambatan cepat dalam laju kenaikan suku bunga tahun depan menjadi hanya 50 basis poin kumulatif, menurut jajak pendapat Reuters, membawa suku bunga dana fed fund menjadi 2,50% -2,75% pada akhir 2023.
Beberapa ekonom sudah memperkirakan suku bunga yang lebih rendah segera setelah kuartal keempat tahun depan. Namun terlepas dari ekspektasi untuk jalur pengetatan kebijakan yang agresif, inflasi tidak terlihat turun ke target 2% The Fed setidaknya hingga 2024.
Perang Rusia-Ukraina, yang telah membuat harga komoditas dan energi melonjak, juga mempersulit prediksi kapan inflasi pada akhirnya akan turun. Inflasi yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen diperkirakan mencapai 7,9% kuartal terakhir, dan rata-rata 6,8% tahun ini, ini merupakan peningkatan yang signifikan dari 6,1% dalam jajak pendapat bulan lalu.
Pasar tenaga kerja AS diperkirakan akan semakin ketat setelah pengangguran turun menjadi 3,6% bulan lalu, hanya sedikit di atas tingkat pra-pandemi dan apa yang diperkirakan rata-rata pada tahun 2022. Tingkat pengangguran diperkirakan rata-rata 3,5% tahun depan dan tetap di sana pada 2024, kira-kira sejalan dengan pandangan optimis The Fed sendiri dan tidak konsisten dengan kekhawatiran responden tentang resesi.
Perkiraan pertumbuhan diturunkan secara keseluruhan. Ekonomi diperkirakan tumbuh masing-masing 3,3% dan 2,2% tahun ini dan berikutnya, turun dari prediksi bulan lalu 3,6% dan 2,4%.