
Eksposisi News, Jambi – “Akar” merupakan tema utama dalam Kenduri Serumpun Melayu Film Festival 2023. Ini adalah sebuah festival yang digagas oleh Lingkar Film Sumatra untuk pertama kalinya. Lahir dari cita-cita untuk menghadirkan wajah baru yang diikuti oleh negara-negara Serumpun Melayu yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Brunei Darussalam. Kegiatan ini akan berlangsung pada 11-14 Oktober 2023 di Teater Arena, Taman Budaya Jambi.
Anton Oktavianto, selaku Festival Director mengatakan bahwa tema “Akar” dipilih untuk menggarisbawahi akar sebagai jati diri, asal muasal dan fondasi siapa diri kita di dalam masyarakat. Menurutnya, Akar juga berarti mula – dalam hal ini menggarisbawahi tanda awal kehidupan Melayu.
Layaknya pencarian akar yang kompleks, tema ini tidak hendak memasuki medan perdebatan tentang jawaban paling otentik apa itu ‘Melayu’ dalam film, melainkan lebih pada upaya mengajak dan melihat secara lebih mengakar, tentang bagaimana wujud dan ekspresi kemelayuan itu sendiri dalam bentangan sejarah Melayu dan film Melayu hingga hari ini, jelas Anton Oktavianto pada Senin (25/09/2023).
Hal ini kemudian diimplementasikan dalam bentuk literasi dan kajian penciptaan “bahasa film” yang bisa menjadi pedoman bersama dalam jalan diplomasi kebudayaan melalui film sebagai instrumennya. Lewat pertemuan besar ini diharapkan dapat menguatkan komunikasi dan informasi jaringan perfilman di Sumatera, membuka potensi industri perfilman sebagai tujuan ekonomi, pendataan serta pemetaan pelaku dan ekosistem perfilman, peningkatan kapasitas SDM, merekomendasikan kebijakan dan jaminan hukum terhadap penguatan kelembagaan perfilman daerah”, jelas Anton.
Festival ini memiliki program utama dan program spesial. Program utama merupakan program pemutaran film panjang dan pendek dari Indonesia dan negara-negara Serumpun Melayu, yang terbagi ke dalam 4 kategori program yaitu Perspektif, Manuskrip, Kembali Ke Akar, dan Melihat Ke Akar.
Program ‘Perspektif’ merupakan program pemutaran film pendek negara-negara Serumpun Melayu, yang berfokus pada lapisan diri, proses menemukan jati diri, dari berbagai perspektif. Program ‘Manuskrip’ merupakan program pemutaran film pendek dokumenter Indonesia yang membongkar dan membicarakan khazanah Melayu dari arsip-arsip catatan sejarah, peradaban hingga ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam manuskrip Melayu.
Program ‘Kembali Ke Akar‘ akan memutarkan film-film pendek fiksi dari Indonesia yang memuat nilai-nilai pergerakan masyarakat Melayu, dalam kembali ke ‘akar’ identitasnya. Sementara program ‘Melihat Ke Akar’ merupakan program khusus penayangan film-film klasik Indonesia yang bicara soal Kemelayuan.
Selain itu, juga ada dua program spesial, yaitu Program Diskusi dan Program Workshop. Program Diskusi terdiri dari Rembuk Melayu dan Nganggung Sepintu Sedulang yang merupakan sebuah forum diskusi penggiat komunitas film dengan berbagai stakeholder perfilman nasional yang diharapkan dapat menjadi jembatan untuk menyampaikan aspirasi demi kemajuan perfilman Serumpun Melayu. Program Workshop terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas Distribusi dan Promosi Film, Ekshibisi dan Manajemen Pengarsipan Film, serta kelas Pengembangan Cerita Film.
Muthi’ah Khairunnisa, Program Director acara ini mengungkapkan bahwa pada tahun pertama penyelenggaraan festival ini, antusias penggiat film Serumpun Melayu melebihi ekspektasi yang dibayangkan. Hal ini tampak pada jumlah submission film dan jumlah peserta yang mendaftarkan diri dalam program forum komunitas festival tersebut. Bahkan festival ini didukung sepenuhnya oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.