Eksposisi, Yogyakarta – Kota Yogyakarta memiliki sejarah panjang yang terekam di berbagai media. Tak hanya dalam tulisan, wajah Yogyakarta juga terekam dalam berbagai visual benda. Salah satunya terekam dalam berbagai koleksi dan studi penelitian tentang prangko atau yang kita kenal sebagai filateli. Filateli telah menjadi sebuah kerinduan dan menghadirkan kenangan masa lalu, terutama tentang Yogyakarta. Sebab, sejarah filateli dan Yogyakarta telah saling berkaitan dan tumbuh bersama di berbagai era.
Menurut Nasrul Jihaddan, salah satu filatelis terkenal dari Kota Gudeg ini mengatakan kepada Eksposisi pada Selasa (06/06/2023) bahwa masyarakat Yogyakarta telah lama mengenal layanan pos. Hadirnya layanan pos di kota ini pun tak terlepas dari majunya perekonomian Yogyakarta. Jejak-jejak sejarah kota Yogyakarta banyak terdokumentasikan dan diterbitkan melalui administrasi pos, seperti prangko, Sampul Hari Pertama, Carik Kenangan hingga Cap Pos.
Dijelaskan olehnya bahwa sejak era pemerintahan Hindia Belanda, kota ini telah direkam dalam reka bentuk cap pos. Dimulai dari dari abad-19 sampai sekarang, pemerintah Hindia Belanda telah menerbitkan berbagai reka bentuk cap pos tentang Yogyakarta.
Dalam koleksi filateli yang di tunjukkan, Uul demikain sapaan akrabnya memperlihatkan ragam koleksi berbagai bentuk tipe cap pos sejak jaman Hindia Belanda. Cap-cap tersebut dikenal seperti Half Rond Franco, Rond Franco, Puntstempel, Grootrond, Klein Rond, Vierkant, Kortebalk, Langebalk, Puntlaveiling, hingga cap-cap yang diterakan oleh halte-halte kereta api sepanjang periode 1864-1942.

Dalam penerbitan prangko, wajah Yogyakarta pertama kali terekam dalam prangko seri Moehammadijah yang terbit pada tahun 1942. Bukan hanya itu saja, eksotisme kota budaya dan pelajar ini juga terekam dalam seri perayaan ke 250 tahun Kota Yogyakarta yang diterbitkan pada tahun 1956.
Selain itu, terdapat beberapa seri unggulan seperti Ambarrukmo Palace Hotel dalam Hotel Pariwisata tahun 1965, Kraton Yogyakarta – 20th Organisasi Pariwisata Dunia 1995, Kraton Yogyakarta – Aga Khan Award tahun 1995, Peringatan Serangan Umum 1 Maret 49 terbit 1996, 50 tahun Universitas Gajah Mada tahun 1999, serta pada peringatan 100 tahun Taman Siswa pada tahun 2022 ini. Kendati demikian, wajah-wajah Kota Yogyakarta dalam prangko dan filateli telah diabadikan di lebih dari 50 seri.
Jejak-jejak masa lalu Kota Yogyakarta dalam beragam bentuk benda filateli, seperti kartu pos, dari budaya hingga keunikannya, tak terlepas dari peran salah satu fotografer Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yakni Kassian Chepas. Maraknya kegiatan mengirimkan pesan melalui kartu pos menjadi memorabilia yang sangat menarik dan cerita untuk para kerabat pada 1990-an. Wajah Yogyakarta masa kini juga banyak diabadikan dan direkam dalam kartu pos yang menampilkan karya-karya fotografi yang cukup populer hasil jepretan fotografer Agus Leonardus asal Yogyakarta. Salah satu hasil foto yang ikonik dan kemudian menjadi salah satu kartupos favorite adalah potret sejumlah tukang becak yang menonton pertandingan sepak bola dari balik dinding stadion Kridosono dengan mengunakan pijakan becaknya.
“Filateli sangat dikenal dengan prangko dan Sampul Hari Pertama sebagai memori kolektif. Bahkan, aktifitas menulis pesan menggunakan kartu pos pun kembali marak di kalangan komunitas filateli. Saat ini, sedikitnya ada sekitar 804.000 penggiat kartu pos di seluruh dunia dan sebanyak 8.700-an anggota di seluruh Indonesia tergabung dalam Postcrossing. Hal ini menjadi penyemangat kami untuk dapat tetap hadir di tengah para filatelis Indonesia,” ucap Uul yang kini menjabat sebagai Ketua Bidang Komunikasi Perkumpulan Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia dibawah Ketua Umum Fadli Zon.
Sejatinya, ragam benda filateli yang telah dikenal luas ini, merupakan salah satu perekam sejarah dan penanda budaya. “Prangko maupun Filateli tidak hanya sebagai alat berkirim surat, tetapi juga sebagai ruang kreatif, penanda budaya, serta benda diplomatik,” ungkap Yetti Martanti, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Ditambahkan olehnya bahwa filateli telah menjadi bagian penting dalam sejarah bangsa, tak terkecuali bagi Yogyakarta.
Secara terpisah, Tata Sugiarta Corporate Secretary Pos Indonesia mengatakan bahwa “Sejarah filateli tidak akan lepas dari Kota Yogyakarta, pada tahun 2006 silam Hari Filateli Indonesia disemangatkan oleh para Filatelis Indonesia dan dihadiri oleh para filatelis tingkat tinggi dari federasi organisasi filatelis se-Asia Pasifik. Kami tetap optimis untuk terus menyemangatkan kembali filateli kepada masyarakat.” (@lukmanhqeem)