Emas naik di akhir pekan, Jumat (06/05/2022) saat dolar AS melemah tetapi prospek kenaikan suku bunga agresif dari Federal Reserve AS menempatkan emas di jalur untuk mencatat penurunan secara mingguan ketiga berturut-turut. Sementara itu, pasar merasa khawatir dengan prospek China yang semakin memburuk menjadikan sentiment negative bagi masa depan permintaan logam mulia tersebut dalam jangka pendek.
Harga emas di pasar spot berakhir naik 0,3% menjadi $1,882.78 per troy ons, tetapi turun 0,7% untuk minggu ini. Emas di bursa berjangka AS berakhir naik 0,4% ke $1,882,8. Sementara indek dolar AS tergelincir 0,2%, membuat emas lebih murah untuk pembeli yang berasal dari luar negeri.
Sayangnya, laju kenaikan harga emas ini terbatasi oleh kenaikan yield obligasi AS, dimana data pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan dianggap membangun alasan untuk kenaikan suku bunga yang lebih besar. Para pialang emas pada dasarnya melihat laporan non-farm payroll sebagai konfirmasi lain bahwa Fed akan tetap berada di cruise control dengan memberikan kenaikan poin selama beberapa pertemuan kebijakan berikutnya. Dengan demikian, diyakini bahwa aksi jual pasar obligasi juga akan terus membebani emas.
Saat emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, suku bunga AS yang lebih tinggi mengangkat biaya peluang memegang emas batangan dengan hasil nol. Emas dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama ketidakpastian global, seperti perang Ukraina.