Agenda dan Peristiwa

Emi Suy Gugah Hati Nurani & Rasa Kemanusiaan lewat Puisi

EksposisiNews – Tanggal 5 April 2023 diperingati sebagai International Day of Conscience atau Hari Hati Nurani Internasional yang diperingati secara global sejak dicetuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2020, dengan adopsi resolusi PBB 73/329.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas dunia berdasarkan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa, atau agama.

Hati nurani manusia adalah kualitas intelektual penting yang membedakan manusia dari makhluk lainnya yang ada di dunia ini.

Pikiran manusia adalah unit yang luar biasa dan kompleks, dan terlebih lagi hati nuraninya.

Hari Hati Nurani Internasional adalah hari untuk mempromosikan pentingnya refleksi diri dan melakukan hal-hal yang benar.

Hari ini juga membantu tingkatkan kebaikan bersama masyarakat dengan mengidentifikasi perbaikan yang perlu dilakukan.

PBB pun mengajak semua negara, organisasi non pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat sipil untuk ikut membangun budaya damai yang penuh dengan kasih dan hati nurani, termasuk melalui pendidikan dan kegiatan peningkatan kesadaran publik.

Bagaimana peran puisi dalam konteks hati nurani ini?

Penyair Emi Suy menegaskan bahwa puisi adalah penjaga peradaban, kemanusiaan, serta hati nurani.

“Puisi memiliki kekuatan untuk menyentuh hati dan pikiran kita, mempunyai kelebihan sebagai media untuk mengekspresikan diri dengan cara yang sehat dan katarsis. Dengan demikian puisi sangat relevan dengan peringatan Hari Hati Nurani Internasional 5 April 2023 ini,” kata penyair Emi Suy memberikan pandangannya ketika diminta menjelaskan peran puisi dalam memperingati Hari Hati Nurani Internasional ini.

Emi Suy Gugah Hati Nurani & Rasa Kemanusiaan lewat Puisi 1

Emi Suy adalah seorang penyair perempuan Indonesia yang lahir di Magetan, Jawa Timur, 2 Februari 1979, salah seorang pendiri dan pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia serta Sekretaris sekaligus anggota Dewan Redaksi SastraMedia.com, peminat fotografi, serta aktivis sosial kemanusiaan.

Emi telah menerbitkan lima buku kumpulan puisi tunggal, yaitu Tirakat Padam Api (2011), serta trilogi Sunyi yang terdiri dari Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi (2018), dan Api Sunyi (2020), serta Ibu Menanak Nasi hingga Matang Usia Kami (2022).

Buku puisi Ayat Sunyi terpilih menjadi Juara Harapan III Buku Terbaik Perpustakaan Nasional RI Kategori Buku Puisi tahun 2019.

Di samping itu, Emi juga sudah menerbitkan buku kumpulan esai sastra berjudul “Interval” (2020).

Puisi Emi Suy juga diterbitkan dalam lebih adri 100 buku kumpulan atau antologi puisi bersama penyair lainnya.

“Puisi ialah milik semua orang. Menulis puisi ialah salah satu upaya memeluk diri sendiri. Syukur-syukur dapat memeluk atau paling tidak dapat menyentuh ruang bathin orang-orang yang membacanya atau yang mendegarkan saat dibacakan. Puisi adalah bentuk seni yang telah ada selama berabad-abad dan begitu penting dalam kehidupan ini. Puisi dapat meningkatkan empati dan pengertian terhadap orang lain. Bahwa sejatnya puisi juga sebagai penjaga peradaban dan harus masuk ke dalam semua ruang-ruang kehidupan. Puisi adalah penggugah batin untuk semua lapisan masyarakat,” ungkap Emi Suy melanjutkan pandangannya.

Seno Gumira Ajidarma pernah mengatakan bahwa setiap kali ada orang Indonesia menulis puisi, kita harus bersyukur, karena kalau ia tidak berhasil menyelamatkan jiwa orang lain, setidaknya ia telah menyelamatkan jiwanya sendiri.

Puisi memang tidak bisa menunda kematian manusia yang sampai kepada akhir hidupnya, tapi puisi jelas menunda kematian jiwa dalam diri manusia yang masih hidup.

Menutup uraiannya, Emi Suy mengatakan bahwa, “Puisi dapat dibacakan di depan anak-anak pemulung di antara timbunan sampah, anak-anak nelayan miskin di pesisir, di pinggir jalan ngamen untuk penggalangan dana, di festival sastra nasional maupun internasional, di coffee shop dan cafe-cafe, di alun-alun berbaur dengan masyarakat. Juga di gedung-gedung kantor pemerintahan yang megah, di gedung-gedung kesenian dan kebudayaan yang berkelas, di depan hadirin rapat para petinggi bisnis dan pemerintahan, di hotel berbintang yang elit, bahkan di ballroom dengan konser piano klasik yang ekslusif.”

Ketika memperingati Hari Hati Nurani Internasional 5 April 2023 ini, sejatinya para penyair semakin meyakini bahwa puisi milik semua lapisan masyarakat, maka sampaikanlah ke semua ruang kehidupan untuk menggugah hati nurani dan rasa kemanusiaan lewat puisi , karena puisi juga potret sekaligus lukisan kehidupan itu sendiri.***

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version