Eksposisinews – Emas terus tertahan di sekitar level terendah di lebih dari dua bulan terakhir pada sesi perdaganan Rabu dan menuju penurunan bulanan terburuk sejak November 2016. Ini disebabkan oleh para pelaku pasar enggan masuk pasar dan menunggu data payroll non pertanian AS sebagai petunjuk lanjutan terhadap sikap kebijakan Federal Reserve.
Emas Spot turun 0,1% menjadi $1.759,48 per ons, setelah menyentuh level terendah sejak 15 April di $1.749,20 pada hari Selasa. Emas berjangka AS turun 0,2% menjadi $1.759,30.
Pasar saat ini tengah menantikan rilis data Non-farm payrolls AS dan diyakini akan berimbas besar pada penggerakan pasar untuk waktu dekat. Dan ini akan terjadi jika data menunjukkan inflasi upah yang lebih tinggi dan pertumbuhan pekerjaan yang kuat.
Logam mulia itu telah mengalami konsolidasi hebat dan mendekati level terendah sejak the Fed mengibah strateginya atas kebijakan moneter. Dan saat ini para pelaku pasar hanya menantikan data ekonomi AS sebagai panduan lebih lanjut.
Dalam jajak pendapat Reuters, para ekonom memperkirakan Non-farm payrolls AS akan bertambah sebanyak 690.000 pekerjaan pada bulan ini, dibandingkan dengan 559.000 pada bulan Mei.
Gubernur Fed Christopher Waller pada Selasa kemarin menyatakan optimismenya terhadap pertumbuhan ekonomi AS dan mengatakan bahwa bank sentral dapat mulai menaikkan suku bunga tahun depan. Meski beliau menolak berkomentar atas kapan the fed akan melakukannya
Kenaikan suku bunga the Fed, akan berimbas pada daya tarik pasar terhadap logam mulia itu. Karena akan meningkatkan biaya peluang memegang emas.
Harga emas batangan turun 7,7% untuk bulan ini, terbebani oleh pergeseran hawkish Fed yang tiba-tiba. Namun emas naik 3% untuk kuartal ini.
Pada perdagangan logam lainnya, perak naik 0,3% menjadi $25,82 per ons. Palladium baik 0,3% ke level $2.684,74 dan menuju kenaikan kuartalan keempat berturut-turut.
Platinum turun 0,4% menjadi $1,062,94 menuju penurunan bulanan dan kuartalan terbesar sejak Maret 2020.