Eksposisinews.com – Emas masih tertahan di dekat level tertingginya dalam empat minggu pekan terakhir, belum mampu bergerak lebih jauh lagi. Kenaikan harga emas tak lepas dari upaya Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang berupaya meyakinkan investor bahwa ia tidak terburu-buru dalam pengetatan kebijakan. Sikap dovish the fed berhasil mengangkat logam mulia itu di sesi kemarin dan predikat lindung nilai inflasi masih terus tersematkan.
Powell yang masih bersikukuh dengan pandangannya bahwa kenaikan harga yang tengah terjadi saat ini hanya bersifat sementara, mengharapkan masih akan melanjutkan pembelian obligasi sampai pasar tenaga kerja mencapai “kemajuan substansial”. Ini dibarengi dengan suku bunga yang tetap dipertahankan mendekati nol yang kemungkinan besar setidaknya hingga 2023.
Sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, langkah-langkah stimulus besar yang dilakukan oleh bank sentral sangat mempengaruhi kenaikan emas. Meningkatnya tekanan inflasi akan membuat investor gelisah, namun sejauh ini, mereka terlihat lebih nyaman dengan sikap The Fed. Ini memungkinkan investor untuk terus membangun posisi di pasar.
Namun, euforia penguatan emas, digagalkan dengan penguatan dolar AS yang berhasil mendapatkan kekuatan selama perdagangan di sesi Asia. kekhawatiran pandemi virus corona, pasca komentar Powell menyebabkan greenback turun tahta dari level puncaknya baru-baru ini.
Hingga berita berita ini diturunkan, harga emas terpantau berada di level $1,830, masih tidak jauh dari level tertingginya dalam 4 pekan terakhir di area $1,829 yang dicapai pada hari Rabu, menyusul penurunan tajam emas sepanjang Juni lalu yang jatuh dari level puncaknya di 1916 ke level 1750.
Pada perdagangan logam mulia lainnya, perak terpantau naik tipis 0,1%. Platinum diperdagangkan datar, setelah sempat naik ke level tertinggi sejak 16 Juni di sesi sebelumnya, dan paladium mencatat penurunan 0,7%.