Ekonomi Global, Harga Minyak Jadi Penyebab Anjloknya Bursa Asia

Kecemasan terhadap mandegnya pertumbuhan ekonomi global jungkalkan mayoritas bursa Asia pada perdagangan Rabu ini.

Indeks Acuan MSCI diperdagangkan melemah 0,4% sementara indeks Hang Seng jatuh 0,4% dan Shangai Composite tergelincir 0,4%. Indeks Nikkei diperdagangan melemah 0,1%. Sementara Kospi melemah 0,4% dan bursa Australia melemah 1,3%.

Selain sentimen terhadap ekonomi, melemahnya pasar juga dipengaruhi oleh anjloknya harga minyak yang akhirnya merontokkan saham-saham sektor energi. Jatuhnya harga minyak dikarenakan kecemasan pasar melemahnya permintaan minyak dunia dan melimpahnya pasokan minyak.

Tadi malam, harga minyak mentah AS ditutup turun pada level $65,33 per barrel. Minyak Brent sempat tembus level tertinggi pada $86,74 awal Oktober ketika sanksi terhadap Iran mulai diberlakukan tapi harga terjun bebas sampai 25% sejak saat itu.

OPEC pada hari Selasa merilis peringatan bahwa melimpahnya pasokan akan terjadi di 2019 karena perekonomian dunia melambat dan negara-negara produsen selain OPEC meningkatkan produksi minyak lebih cepat dari perkiraan.

Eksportir terbesar sekaligus ketua OPEC, Arab Saudi sudah membuat pernyataan akan mulai menekan produksi minyak di 2019 untuk mengurangi pasokan sehingga harga bisa merangkak naik.

Namun lagi-lagi kebijakan pengetatan tersebut tidak disukai Presiden Amerika Donald Trump yang menginginkan agar harga minyak tetap rendah dan meminta OPEC agar tidak memangkas produksi.
Dalam dua bulan terakhir, pelaku pasar menghindari aset-aset beresiko karena analis memperkirakan pertumbuhan pendapatan perusahaan telah mencapai puncaknya sehingga siklus penurunan akan terjadi ditandai dengan melambatnya pertumbuhan investasi global. Selain itu, isu perang dagang masih menjadi momok yang tetap mereka waspadai.

Sekarang, pasar berharap ada kemajuan dalam dialog dagang antara AS-China termasuk Brexit. Kabar yang beredar sejauh ini memang belum menggembirakan karena kemungkinan besar, masing-masing negara yaitu AS dan China belum akan melakukan perubahan apa-apa terkait dengan kebijakan perdagangan pun dialog Brexit masih mandeg.

Pasar akan mewaspadai hasil presentasi Perdana Menteri Therese May terkait dengan rancangan kesepakatan penarikan diri dari Uni Eropa setelah sebelumnya Inggris dan Uni Eropa menyepakati rancangan penarikan diri tersebut.

Dari pasar mata uang, poundsterling diperdagangan menguat pada $1,3012 tentu saja berkat optimisme isu Brexit. Penguatan ini juga ditularkan pada euro yang menguat pada level $1,1302.

Meski begitu, Eropa sendiri masih terganjal isu proposal anggaran Italia, yang sempat ditolak Komisi Eropa bulan lalu dan mengancam akan menjatuhkan sanksi jika anggaran tersebut tidak direvisi. Roma sempat menunjukkan sinyal enggan melakukan perubahan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini