Agenda dan Peristiwa

Dilantik Jadi Duta Literasi Nasional, Julia Basri Ajak Masyarakat Gemar Baca

Julia Basri dilantik sebagai Duta Literasi Nasional atau yang disebut juga Sosialisator Program Literasi Nasional. Sebuah prestasi tersendiri karena dari 7000 yang mendaftarkan diri dari seluruh Indonesia yang ikut program tersebut, hanya 59 orang yang lolos dan salah satunya adalah dirinya.  

Dengan dilantiknya menjadi Duta Literasi Nasional, Julia Basri mengemban amanah tugas fan tanggung jawab besar untuk mengajak masyarakat gemar membaca

“Sebelumnya, saya sangat tidak menyangka akan didaulat menjadi Duta Literasi Nasional atau yang disebut juga Sosialisator Program Literasi Nasional, rasanya senang, terharu dan bangga, serta  sedikit gugup, “ kata Julia Basri mengungkap pengalamannya dilantik menjadi Duta Literasi Nasional di Gedung Senyalacollabs, Solo, Surakarta, Sabtu (14/9/2019)

Perempuan kelahiran Bengkulu, 14 Juli, dan pemilik nama lengkap Yuliyanti Basri itu membeberkan, betapa sangat senang dan bangga rasanya karena dari 7000 yang mendaftarkan diri dari seluruh Indonesia untuk menjadi Duta Literasi Nasional atau yang disebut juga Sosialisator Program Literasi Nasional yang ikut program tersebut, hanya 59 orang yang lolos dan salah satunya adalah dirinya.

“Sedikit gugup, karena sudah dipercayakan dan akan mengemban tugas yang tidaklah sederhana ini yaitu harus bertanggung jawab memberikan kontribusi, mampu mengubah, menyemangati, mempengaruhi mindset masyarakat / pelajar agar kembali gemar membaca, bahwa membaca dan menulis adalah bagian terpenting dalam hidup, sama halnya dengan kebutuhan primer, sebab cikal bakal orang berpengetahuan itu dari pustaka, vitamin untuk menyuburkan kosakata dalam menuang karya adalah membaca, “ beber penikmat kopi nusantara yang mencintai teater dan pecandu puisi.

Julia memaparkan, proses dan tahapan sehingga dirinya sampai menjadi Duta Literasi Nasional, yaitu pertam, mengisi formulir pendukung. Kedua, seleksi berkas melengkapi berkas yang diminta, bukti prestasi, foto-foto / video, piala, sertifikat, bukti giat dalam kesastraan dan kebudayaan dll.

Ketiga, setelah seleksi berkas lolos, maka ada ujicoba penerjunan sebagai calon duta, yaitu bagaimana kita dapat mengkampanyekan, mensosialisasikan program-program yang berkenaan dengan literasi. Pada tahap inilah banyak yang gugur, karena tidak mudah untuk mengajak apalagi siswa /i pelajar agar berminat untuk membaca atau membuat karya tulisan berupa puisi cerpen dan apapun yang mereka suka.

“Di sini kita diminta dalam satu bulan itu mampu mengajak sekolah minimal enam sekolah, lebih dari enam sekolah lebih baik, yang dinilai itu bagaimana trik kita supaya siswa/i tertarik membaca dan menulis hingga membuat karya, “ ujarnya.

Keempat, setelah semua tiga tahap itu dilalui, tahap terakhir interview online. “Saya ditelpon  dan diberikan pertanyaan-pertanyaan seputar kegiatan dalam pengembangan literasi, “ ujarnya.

Kelima, setelah tiga bulan menunggu akhirnya tanggal 22 agustus 2019 diumumkan. “Saya mendapatkan email bahwa dari 7000 peserta saya lolos dalam program pencalonan duta literasi / SPL Nasional ini. Yang terjaring 59 orang dari Sabang sampai Merauke, “ ungkapnya bangga.

“Terakhir, enam, pada tanggal 14 september 2019 saya mendapatkan email undangan pelantikan dan pembekalan untuk duta literasi di Solo, Surakarta, “ imbuhnya.

Dilantik Jadi Duta Literasi Nasional, Julia Basri Ajak Masyarakat Gemar Baca 1

Menurut Julia, tugas dan kewajiban jadi Duta Literasi Nasional, antara lain, pertama, berkewajiban melakukan sosialisasi terhadap sekolah-sekolah diantaranya berupa kunjungan atau secara online. Kedua, berkewajiban menyampaikan seluruh ketentuan dan program-program yang terkait literasi beserta fasilitas program. Ketiga, berkewajiban memberikan pendampingan bagi sekolah-sekolah dalam melakukan/melaksanakan program-program literasi

“Selanjutnya, keempat, berkewajiban menyampaikan laporan hasil sosialisasi dalam bentuk online, dokumentasi offline. Kelima, berkewajiban mentaati seluruh peraturaan yang berlaku dan menjaga nama baik GMB-Indonesia, mendikbud. Terakhir, keenam, menjalin kerjasama dengan forum, komunitas, dinas pendidikan, Balai Bahasa, RRI, forum MGMP, MKKS atau K3S, PGRI, IGI, dll, “ urainya.

Tantangannya, kata Julia, dalam menjalankan tugas sebagai Duta Literasi Nasional, yaitu mengajak orang lain untuk gemar membaca itu sulit, sangat rendahnya minat baca ini sehingga perlu ditingkatkan. bagaimana mendongkrak minat baca itu? “Tidaklah mudah, perlu ide, trik dan program-program yang menarik, supaya yang tadinya melempem minat bacanya menjadi terpacu, bahkan menjadikan suatu hobby membaca, hingga menulis dng menghasilkan karya. Banyak membaca dan menulis akan mengutamakan berfikir dan menganalisa sebelum mengambil keputusan, “ ucapnya penuh semangat.

Harapan Julia sebagai Duta Literasi Nasional, supaya dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif. Sehingga tidak melanggar etika dan budaya sehingga bisa bersifat positif. Dengan kemajuan dunia digital juga, bisa dimanfaatkan untuk tetap membaca maupun menulis. Bukan terlena dengan game online ataupun medsos yang berdampak negatif. Jadikan medsos media literasi, menuliskan karya dan berkarya, bukan sekedar baperan dan bergosip hal-hal yang tidak penting.

“Dengan membaca, setidaknya bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan bisa banyak mendapatkan pengetahuan. Banyak referensi yang bisa dilakukan, tidak hanya melalui dunia digital untuk bisa membaca. Tetapi, dengan mendatangi perpustakaan juga bisa menambah pengetahuan, “ katanya.

Pandangan Julia tentang dunia literasi di Indonesia, bahwa hidup di tengah era globalisasi dan berkembangnya segala bentuk teknologi telah mempengaruhi budaya bermasyarakat, terutama di kota-kota besar. Teknologi informasi dalam jangka panjang, adanya pemenuhan dalam sisi finansial, serta adanya konten serta perantaranya berperan besar dalam perkembangan teknologi dan informasi di kota. Faktor-faktor tersebut pun ikut diperkuat oleh karakteristik masyarakat

Di Indonesia, mudahnya akses pendidikan di kota sayangnya tidak mencerminkan kondisi yang sama dengan kondisi yang ada di daerah-daerah pelosoknya. Sekolah-sekolah merajarela di kota, sebagian besar dilengkapi dengan fasilitas serba canggih guna menunjang kegiatan pendidikan, namun tak jarang teknologi tersebut hanya dibiarkan sebagai pajangan tanpa pernah terpakai.

Hal yang berbeda terjadi di daerah pelosok Indonesia, di mana beberapa siswa harus menempuh jarak 10 kilometer jauhnya dari rumah menuju sekolah demi menimba ilmu dengan pengajar yang terbatas serta sarana literasi yang jauh dari kata memadai. Pendidikan memang memiliki peran penting dalam era yang serba cepat ini, namun bila tidak diikuti dengan kemampuan berliterasi yang memadai, bukanlah tidak mungkin di beberapa dekade selanjutnya Indonesia akan tertinggal jauh dalam bidang informasi dan teknologi dengan negara-negara tetangga.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Program for International Student Assessment (PISA) mengenai tingkat literasi negara-negara dunia, Indonesia menempati peringkat 64 dari total 72 negara di tahun 2018. Hal ini menunjukan lemahnya masyarakat Indonesia dalam menginterpretasikan sumber informasi, padahal kini sarana literasi sudah sangat luas dan beragam bentuknya.

Terobosan-terobosan dalam bidang informasi seperti E-Book, E-Library, online news, serta media berbasiskan aplikasi yang dapat diunduh di smartphone bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam memperoleh ilmu serta berita terkini di dalam negeri maupun luar negeri.faktor yang menyebabkan lemahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia, adapun diantaranya: kualitas pendidikan yang rendah, kecukupan gizi yang tidak seimbang,infrastruktur minim, serta minat baca yang rendah di masyarakat.

Dari keseluruhan uraian diatas mengenai penyebab lemahnya kemampuan literasi di Indonesia tersebut, minimnya minat baca masyarakat menjadi hal yang paling menarik perhatian. Bila dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya, hanya minat bacalah yang tergolong sebagai faktor kultural, sehigga dalam penanganannya dibutuhkan rencana jangka panjang yang harus dilaksanakan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat di Indonesia, karena begitu minat baca pada generasi terkini berhasil dibudayakan, maka nilai tersebut akan diwariskan lagi kepada generasi-generasi selanjutnya.

Julia menyampaikan yang harus dilakukan dan diperjuangkan untuk memajukan dunia literasi di Indonesia. Seperti di antaranya, merekrut dan meningkatkan kualitas guru seluruh pelajar dididik oleh guru-guru yang memenuhi kualifikasi, terlatih secara profesional, memiliki motivasi, dan mendapatkan dukungan.

“Kedua, mengatasi masalah gizi sedini mungkin. Peningkatan anggaran pendidikan tanpa perbaikan gizi anak ternyata tidak berdampak terhadap peningkatan kecerdasan dan prestasi belajar. Gizi penting untuk dapat meningkatkan kecerdasaan, “ tegasnya.

Ketiga, memasukkan kembali buku bacaan wajib ke dalam kurikulum. Untuk menjamin ketersediaan buku bacaan bermutu, maka fungsi penerbit milik negara Balai Pustaka perlu dikembalikan ke posisi sebelumnya sebagai penerbit dan penyedia buku bacaan bermutu bagi sekolah-sekolah.

Terakhir, keempat, membangun dan meningkatkan infrastruktur pendidikan terutama penyediaan listrik, perpustakaan, lab komputer dan akses terhadap internet, “ tandas Julia Basri tampak ceria dengan wajah berseri-seri.

Program yang akan dikerjakan Julia sekarang adalah Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) peserta seluruh siswa/i SD, SMP, SMA seluruh wilayah Indonesia, ini adalah suatu program pengembangan literasi dan pendidikan diselenggarakan secara terpadu, berbentuk gerakan, dan berkelanjutan, program ini berupa lomba menulis, penerbitan dan percetakan buku, pengganugerahaan siswa, guru, dan kepsek berprestasi launching buku, donasi buku, bazar buku, workshop dan seminar Nasional. Program ini diselenggarakan setiap tahun, tahun ini berlangsung sejak tanggal 1 juli 2019 dan ditutup 23 april 2020 bertepatan dengan hari buku dunia. Pada acara puncaknya nanti GMB Indonesia menghadirkan beragam nara sumber terbaik, guna memberikan sajian maksimal kepada tamu undangan festival literasi Nasional, 1000 tamu undangan yang hadir, dan 300.000 siswa/i penulis seluruh Indonesia.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version