Review

Demon Slayer : Kimetsu no Yaiba (Mugen Train)

Demon Slayer - Mugen Train
Demon Slayer : Mugen Train (Ufotable, 2020)

Eksposisi News, Jakarta – Buat para pecinta manga shonen, tentu tak asing dengan serial Demon Slayer : Kimetsu no Yaiba karya Koyoharu Gotoge. Setelah sukses dalam tayangan serial animasi TV di tahun 2019, akhirnya dirilis  juga dalam versi layar lebar. Ditengah pandemi Corona yang menyerang dunia, film aksi bertema fantasi gelap ini akhirnya bisa dirilis di Jepang pada 16 Oktober 2020. Film yang disebut juga dalam bahasa Inggris sebagai Demon Slayer : Mugen Train ini merupakan sekuel langsung dari serial anime televisi yang disutradarai oleh Haruo Sotozaki dan produksi rumah anime Ufotable.

Bagi para pecinta serial manga ini, film ini tentu menjadi hal yang dinanti. Pada 28 September 2019 silam, sesat setelah penayangan episode 26 di televisi, diumumkan secara resmi bahwa kisah ara pemburu iblis ini akan di buatkan versi layar lebar berjudul Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba the Movie: Mugen Train.  Pada 10 April 2020, film tersebut sudah dijadwalkan akan dirilis akhir tahun tersebut.

Setelah ditayangkan di Jepang, film animasi ini juga diputar di sejumlah negara lain, termasuk di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, akibat sejumlah pembatasan yang dilakukan  dalam menghadapi pandemi Corona ini, akhirnya film ini baru bisa tayang di jaringan bioskop XXI mulai tangggal 6 Januari 2021. Tentu saja para fans di Tanah Air menyambut antusias pemutaran film ini.

Cerita Demon Slayer sendiri berlatar belakang Jepang di Era Taisho (1921-1926) dimana cerita dalam film Mugen Train ini terjadi sebagaimana setelah di serial televisinya. Diceritakan bahwa para pemburu iblis, Tanjiro, Nezuko, Zenitsu dan Inosuke naik kereta untuk menemui Rengoku api, Hashira Kyōjurō. Ia tengah dalam misi untuk memburu iblis yang telah membunuh lebih dari 40 anggota Demon Slayer.

Segera setelah naik, kelompok itu diserang oleh beberapa iblis yang dengan mudah dibunuh Rengoku. Perjalanan masih panjang dan sesaat tiket mereka diperiksa oleh Kondektur Kereta, semua penumpang tertidur lelap.

Tidur yang lelap ini ternyata ulah iblis Enmu dimana ia memaksa beberapa anak untuk mendekati para pembunuh iblis. Dengan menggunakan sihir tali, anak-anak ini memasuki mimpi para Demon Slayer dengan tujuan menghancurkan inti jiwa mereka di alam mimpi sehingga mereka tidak akan pernah bisa bangun lagi.

Dalam mimpinya, Tanjiro bertemu kembali dengan mendiang keluarganya, Zenitsu bermimpi berkencan dengan Nezuko, Inosuke bermimpi melakukan misi eksplorasi gua dengan Tanjiro, Zenitsu dan Nezuko menjadi anteknya dan Rengoku bermimpi bertemu dengan saudaranya.

Pada akhirnya, Tanjiro menyadari bahwa mimpi ini merupakan ilusi yang menyesatkan dan ia mulai mencari cara untuk bangun. Tanjiro berhasil setelah diperintahkan oleh mendiang ayahnya untuk bunuh diri di dalam mimpi. Sementara itu, Nezuko yang sudah terbangun berusaha menggunakan kekuatannya untuk membakar tali tersebut dan anak-anak utusan Enmu akhirnya terbangun juga.

Karena ketakutan atas ancaman pada Enmu, anak-anak nekat menyerang Tanjiro, kecuali satu orang yang saat memasuki dunia mimpi justru tersentuh oleh pemandangan hangat yang ia temukan di dalam benak Tanziro. Anak tersebut justru terpukul jiwanya.

Tanjiro akhirnya bisa bertemu dan menghadapi Enmu. Iblis ini ternyata tidak mudah dimusnahkan, meskipun kepalanya terpenggal. Enmu, ternyata telah menggunakan dan menyatukan tubuh aslinya dengan kereta itu sendiri.

Kyojuro akhirnya menyuruh yang lain untuk membantu Tanjiro mencari leher iblis itu dan tetap membantu Tanjiro melindungi penumpang lain. Mereka menemukan tulang leher asli Enmu di ruang mesin dan Tanjiro berhasil memotongnya, membunuh iblis itu dan menghentikan kereta.

Tak selang berlama, muncul Akaza, salah satu Iblis lain yang lebih tinggi kelasnya. Ia menyerang para pembunuh iblis, hingga membuat Kyōjurō terluka parah dan akhirnya mati karena luka-lukanya. Akaza akhirnya terluka oleh pedang Tanjiro dan melarikan diri dari para pemburu iblis ketika matahari mulai terbit.

Bisa dikatakan bahwa cerita film ini tidak terlalu istimewa. Sebagaimana gaya cerita fantasi, drama yang hiperbolis. Namun demikian tak menyurutkan minat menonton bagi pecinta serial ini. Bagaimanapun juga saat menjadikan serial komik sebagai sebuah film anime tentu akan memberikan pengalaman seru.

Menghidupkan berbagai karakter dengan aksi-aksi yang menarik membuat ceritanya semakin beebobot. Sesuatu yang khas dari cerita dalam komik-komik manga Jepang adalah pesan moral yang diselipkan. Film ini bisa dibilang cukup sukses membangun intensitas cerita. Dialog yang berat sarat makna diselingingi aksi dan sedikit humor bisa membuat penonton bisa menikmati tayangan lebar dari serial ini.

Menonton film di bioskop dengan tata suara yang impresif, memang lebih asyik dan menarik. Jangan lupa, tetap lakukan protokol kesehatan saat menonton di bioskop XXI yang kamu suka.(HQM)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version