Review Musik

Ananda Sukarlan Optimis Pandemi Virus Corona Cepat Berlalu

Corona Virus Disaese (Covid 19) memang berdampak pada segala lapisan masyarakat. Termasuk pianis dan komponis Ananda Sukarlan turut merasakan dampaknya. Tapi sebagai orang kreatif, ia tak berlarut dalam keadaan akibat virus yang sangat mematikan tersebut, dirinya tetap mempersiapkan kompetisi Ananda Sukarlan Award akhir Juli nanti, bersama dengan Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Selain itu, sebagai komponis ia justru sangat produktif berkarya di apartemennya

“Saya bingung, ini sebenarnya virus apa ya. Siapa yang memulainya, ini dari mana, buatan siapa, dan kalau sampai begini nih apakah disengaja atau tidak, kalau disengaja ya tujuannya apa, siapa yang diuntungkan dari pandemi ini. Semua itu incognito buat saya dan saya yakin buat sebagian besar penduduk bumi ini, “ kata Ananda Sukarlan menturkan pandangannya mengenai Virus Corona kepada wartawan, Rabu (15/4/2020).

Lelaki kelahiran Jakarta, 10 Juni 1968 itu menyebut diri benar-benar sebagai rakyat biasa yang tidak tahu apa-apa. “Bahkan saya juga menduga banyak pengusaha yang bergerak di bidang ini, politikus bahkan pemimpin negara yang juga tidak mengetahui secara persis mengenai Virus Corona, “ bebernya.

Menyikapi virus Corona yang terjadi, Ananda mengaku dirinya paling takut adalah dampak ekonomi, finansial, sosial dan budaya dari pandemi ini. “Karena ini sering dianggap sekunder oleh masyarakat bahkan para pengambil keputusan, “ paparnya.

Menurut Ananda, yang premier tentu masalah kelangsungan hidup dan kesehatan, tapi kalau bukan pegawai yang digaji tetap, atau pemilik perusahaan yang tetap berjalan di masa ini, menganggur di rumah itu bisa berarti kematian juga, bukan? “Belum lagi kerusuhan oleh pihak-pihak yang kelaparan, narapidana yang bebas dan belum mendapatkan lapangan pekerjaan serta golongan yang memang ingin memanfaatkan situasi untuk membuat kerusuhan.  Dampak sosial paling utama adalah maraknya hoax, teori konspirasi, rumor dan gosip yang beredar yang sudah tidak bisa kita bedakan lagi mana yang benar, mana yang tidak, “ ungkap Ananda penuh kekhawatiran.

Kebetulan juga April ini, lanjut Ananda, adalah bulan kesadaran autisme (autism awareness month), nah ingatkah kita pada para penyandang spektrum autisme yang menjadi depresi karena rutinitas dan kebutuhannya terganggu? “Bahkan bulan spesial untuk kaum autis ini pun sudah tidak dipedulikan lagi, karena memang sulit mengadakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran, apalagi menolong, “ ucap Ananda menyayangkan.

Ananda mengaku kemarin menge-tweet mengusulkan Presiden Jokowi untuk memperbaiki jaringan internet (https://twitter.com/anandasukarlan/status/1250066757773115395?s=20). “Dan, di-retweet sampai saya jawab ini sudah 300-an, yang membuktikan bahwa banyak sekali orang yang membutuhkannya. Bahkan sebetulnya pemerintah bisa menggratiskan pelayanan internet, dan juga pelayanan publik lainnya seperti air dan listrik seperti di Perancis dan beberapa negara lainnya, “ papar Ananda.

Saat ditanya, apa yang dilakukan agar terhindar dari virus Corona? Dengan tenang, Ananda memberikan jawaban, “Saya sih menurut saran pemerintah dan para ahli yang saya percayai: tinggal di rumah, pakai masker kalau keluar, jaga jarak dengan semua orang, cuci tangan kalau merasa telah menyentuh barang-barang yang bisa mengandung virus.”

Pesan dan saran Ananda terhadap warga masyarakat, bahwa nanti setelah periode ini berakhir, akan banyak peluang. Akan ada lapangan pekerjaan yang telah ditinggalkan karena PHK atau sebab lainnya. “Jika anda bekerja bukan di bidang / tempat yang anda memang nyaman sebelumnya, mungkin ini adalah kesempatan? Banyak saham yang telah jatuh dan murah harganya juga, berburulah. Tapi selama periode #dirumahaja ini sebetulnya kita justru bisa menggali bakat-bakat terpendam, loh!“ tegas Ananda menyarankan.

Menurut Ananda, intinya, janganlah menjadi pesimis, dan membuat kita menjadi pribadi yang pahit dan menyebalkan. “Kita semua sudah terperosok dalam lubang yang sama, kita bisa berbuat sesuatu selama kita ada di lubang ini. Ingat, kita sama-sama loh! Jaga toleransi, persahabatan dan persatuan. Perbedaan itu baik, tapi jangan memecah belah, kita harus bersatu karena sekarang kita punya musuh yang sama, bernama Covid-19, “ tegas Ananda.

Ananda membantu warga masyarakat kurang mampu yg stay at home terdampak Corona. “Saya sih menyumbang sebisanya, memberi tips yang lebih kepada para pengendara online yang membawa makanan saya, menyumbang langsung, tidak melalui badan-badan yang saya tidak kenal serta kontribusi ide-ide seperti yang saya tuliskan di atas itu atau lewat Instagram Live, “ ungkap Ananda mantap.

Selain itu, Ananda juga membantu lewat media sosial-nya apa yang bisa ia bantu, karena tentu ia tidak bisa menyumbang semua yang membutuhkan. Tapi sumbangan itu bukan hanya berbentuk uang, medsos saya dengan jumlah followers yang lumayan bisa juga membantu. Yang saya ingin nyatakan adalah, mohon untuk ingat bahwa banyak perusahaan tempat anda bekerja juga sedang kesulitan. Jangan berpikir bahwa sang “boss” pasti aman, dan menuntut terlalu banyak. Setiap orang pada saat ini memiliki masalah masing-masing, jangan mengira bahwa masalah diri sendiri adalah yang terbesar. Di saat seperti ini lah kepribadian kita diuji, apakah kita akan menjadi orang yang lebih baik dan membuat sekeliling kita lebih baik, atau sebaliknya. Saya pilih yang pertama, “ tegas Ananda.

Ananda menyampaikan, dirinya optimis bahwa pandemi Corona Virus cepat berlalu, paling tidak di Indonesia. “Saya tetap mempersiapkan kompetisi Ananda Sukarlan Award akhir Juli nanti, bersama dengan Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Selain itu, sebagai komponis saya justru sangat produktif berkarya di apartemen saya, “ pungkas Ananda sumringah.

Ananda menetap di Jakarta dan Spanyol. Namanya lebih dikenal di kalangan musik klasik. Ia menjadi satu-satunya orang Indonesia dalam buku “The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century”, yang berisikan riwayat hidup 2.000 orang yang dianggap berdedikasi pada dunia musik.

Ananda dikenal sebagai pianis, komponis, pendidik, penulis dan aktivis kebudayaan Indonesia. Ia membuat musik untuk anak-anak difabel di Spanyol, bekerjasama dengan Fundacion Musica Abierta, dan di Indonesia melalui yayasan yang didirikannya, Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI).

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version