Eksposisinews – Aktivitas militer China di laut China selatan beberapa tahun terakhir membuat cemas beberapa negara yang berbatasan langsung dengan negara Tirai Bambu tersebut.
Salah satunya Jepang, yang pada Jumat ini (7/1) menyatakan akan bekerjasama dengan Amerika Serikat untuk menangkal upaya destabilisasi China di kawasan. Kedua negara merilis pernyataan bersama sebagai sekutu setelah sebelumnya mengadakan rapat secara daring yang mempertemukan para menteri luar negeri dan menteri pertahanan.
Dalam pernyataan itu juga disebutkan kecemasan mereka akan kebijakan-kebijakan China yang memberi tantangan terhadap sektor politik, ekonomi, militer dan teknologi di kawasan maupun dunia. “Kedua negara berjanji akan bekerjasama untuk menghadang dan jika diperlukan merespon aktivitas yang dapat memicu ketidakstabilan di kawasan.
Isu seputar tensi di Taiwan, krisis HAM di Xinjiang dan Hong Kong juga mendapat sorotan. Sebelum pengumuman oleh Jepang, Menteri Dalam Negeri AS Antony Blinken terlebih dahulu menyatakan kedua negara akan menandatangani kerjasama pertahanan baru untuk menangkal ancaman yang muncul termasuk hal-hal yang berkaitan dengan hipersonik dan angkasa (pen.teknologi persenjataan).
Blinken secara spesifik menyatakan persekutuan AS-Jepang tidak hanya memperkuat peralatan yang telah ada tapi juga mengembangkan yang baru. Pernyataan itu merespon konsentrasi militer Rusia di Ukraina, provokasi China kepada Taiwan dan upaya peluncuran misil hipersonik oleh Korea Utara yang disebut mengalami kesuksesan.
Menteri Pertahanan Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan telah menjelaskan rencananya untuk merevisi strategi keamanan nasional yang secara fundamental meningkatkan kemampuan pertahanan yang juga didukung oleh Amerika Serikat.
Perdana Menteri Fumio Kishida menyatakan strategi revisi keamanan mempertimbangkan semua opsi termasuk kepemilikan sistem pertahanan yang mampu melakukan serangan terhadap musuh. Pemerintah Jepang juga telah meloloskan anggaran belanja militer yang jumlahnya meroket capai rekor.